“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Rabu, 02 Februari 2011

Syarat Diterimanya Syahadat

Kalimat Laa ilaha illallah merupakan pintu gerbang seorang masuk ke dalam Islam. Memahaminya akan mengantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:"Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah, maka ia masuk syurga". (HR.Muslim) Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghapal lafaz-lafaznya.Wahab bin Munabih pernah ditanya:" Bukankah laa ilaha ilallah merupakan pintu syurga?" Kemudian Wahab menjawab,"Benar, tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi.Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukaakan untukmu.Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu." Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaha illallah.

Syarat-syarat diterimanya Laa ilaha illallah
Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: 'imu, al-yaqin, al-qabuul, al-inqiyaad, ash-shidqu, al-ikhlas, dan mahabbah.

1. 'Ilmu
'Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan, baik yang dinafikan 9ilah) maupun yang ditetapkan (Allah).Dengan 'ilmu (mengetahui) bisa menangkal kebodohan.Firman Allah, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilah kecuali Allah" [47:19].Lihat juga [43:86, 3:18].

2. Al-Yaqin
Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang sepenuhnya.Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [49:15].Adanya keyakinan dapat menangkal keraguan.Rasulullah SAW bersabda: "Saya bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga." (H.R. Muslim dari Abu Hurairah ra.).

3. Al-Qabuul
Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati dan lisannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa lampau tentang keselamatan bagi orang yang menerima Laailaaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak [43:23-35, 10:103, 37:35-36].
Penerimaan dapat menangkal pembangkangan.

4. Al-Inqiyaad
Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat pada kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukan dapat menangkal penolakan.
"Tidak beriman diantara kamu sehingga menjadikan kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa." (Hadits hasan shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41).

5. Ash-Shidqu
Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Apa yang diucapkan lidah harus dibenarkan dengan hatinya [2:8-10, 29:1-3].
"Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya dengan sebenarnya dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya." (H.R. Bukhari dari Muadz bin Jabal).

6. Al-Ikhlas
Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [39:3, 98:5].
"Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallah secara murni dari hatinya." (H.R. Bukhari).
"Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa jalla." (H.R. Muslim)

7. Al-Mahabbah
Ucapan Laa ilaaha illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta (mahabbah) dalam mengamalkannya. Al-Mahabbah merupakan unsur yang sangat penting, karena untuk menegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan kebencian.
"Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan manisnya iman, atau menjadikan Allah dan rasulNya lebih dicintai daripada semua cintanya selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan karena Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari).

REFERENSI
· Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap Islam, Ramadhani.

· Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Illallah, GIP.

· Dr. Ibrahim Muhammad Abdullah Al-Buraikhan, Pengantar Studi aqidah Islam, Litbang Pusat Studi Islam Al-Manar.

Makna Syukur Nikmat

Syukur secara bahasa adalah berterima kasih. Menurut istilah syukur adalah memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang telah dibeikan kepada kita berupa perbuatan ma'ruf, dalam pengertian tunduk dan berserah diri kepada-Nya.

Pentingnya Syukur Nikmat
· Syukur adalah wasiat pertama yang disampaikan Allah SWT kepada manusia. Setelah manusia mampu berpikir, Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tuanya [31:14, 2:172, 17:3, 27:19].

· Allah memberikan pujian kepada hamba-Nya yang tidak pernah lalai dalam mensyukuri nikmat-Nya [6:53, 3:145].

· Akan menambah kuatnya iman dan kenkmatan [14:7]

· Allah tidak akan menyiksa orang-orang mukmin yang senantiasa bersyukur [4:147]

· Allah tidak menyukai orang yang mengkufuri nikmat dan mencela orang-orang yang tidak pandai mensyukuri nikmat [2:152, 100:6, 76:3-4]. "Hendaklah tiap orang dari kalian berhati yang bersyukur dan lisan yang selalu mengingat..."(H.R. Turmudzi dan Ibnu Majah). Sesungguhnya Allah ridha kepada seorang hamba yang setiap makan dan minumnya memuji Allah (atas karunia yang diberikan Allah kepadanya).



Cara Bersyukur
1. Syukur yang dilakukan dengan hati (Syukru Qalbiy).


· Yaitu mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintainya. "Mengingat kenikmatan akan berpengaruh (membekas) pada kecintaannya kepada Allah Azza wa Jalla." (H.R. Abu Sulaeman al-Washitiy)



2. Syukur yang dilakukan oleh lisan (Syukru Lisan).


· Yaitu memuji kepada-Nya dan atas anugrah ynag dilimpahkanNya [93:11]. Selain itu mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa nikmat itu datang hanya dari sisi Allah [16:53]



3. Syukur yang dilakukan oleh anggota badan (Syukru Jawarih),
· Yaitu dengan menggunakan anggota tubuh/melakukan aktivitas dalam rangka tunduk kepada-Nya yang ditujukan hanya untuk memperoleh keridhaan-Nya. Juga dengan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan serta mempersembahkan dan menundukkan kenikmatan yang dilimpahkan Allah untuk menaati-Nya dan memperoleh keridhaan-Nya



Bersyukur kepada Allah harus tercermin dalam hati, lisan dan anggota tubuh, karena dengan hati itulah kita merasakan, mengetahui, menyambut dan membicarakan nikmat-nikmat Allah.

Nikmat bisa berubah menjadi Naqmah (siksaan)
Nikmat bisa menjadi naqmah karena berbagai perkara, antara lain:
1. Jika kita melakukan kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmat Allah dengan hal-hal yang dimurkai-Nya [30:41, 4:39].

2. "Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan kedua kakinya, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara, yaitu tentang umurnya dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya diamalkan untuk apa, tentang hartanya darimana diperolehnya dan untuk kepentingan apa dihabiskan, serta masa muda dihabiskan untuk apa." (H.R. Tarmudzi).

3. Meyakini bahwa anugrah yang dimilikinya bukan dari Allah tapi atas usahanya sendiri atau dari selain Allah [28:78, 16:53-54,84].

4. Sikap sombong, merasa diri lebih mampu dari orang lain sehingga ia mnecela orang lain dan membangga-banggakan apa yang di milikinya baik harta, sawah ladang, ilmu, atau kedudukan [104:1-3]

5. Tidakmenunaikan hak-hak Allah.

6. Bila kita memiliki ilmu walaupun sedikit, hendaklah tetap kita ajarkan kepada orang lain. Bila kita mempunyai harta walaupun sedikit, hendaknya kita infakkan, karena dalam harta itu ada hak-hak orang lain [70:24-25]

Ngaji Gua Bangetsss

Ngaji……..? gak deh, ntar dulu kalo kudu duduk manis di masjid dengerin ceramah-ceramah para ustadz yang bikin boring setengah mati, ntar dulu...kalo kudu jaga pergaulan gak boleh jalan bareng berdua ama pacar, gak boleh gini gak boleh gitu, ntar dulu dech...kalo kudu pake kerudung ama baju ibu-ibu hamil yang gedombrang, ntar dulu dech....kalo kudu kayak ustadz-ustadz yang berjenggot panjang nyaingin jenggotnya kambing.

Ntar dulu dech gue pengen fokus belajar dulu mana sempet mikiran pengajian,. Ntar dulu dech nanti aja kalo dah tuaan dikit sekarang mah masih muda lagi pengen hura-hura, maen dan having fun dulu. Ntar dulu dech nanti dikatain fanatik sama agama, sesat, ekstrim, apalagi teroris wah pokoknya enggak dulu deh,ntar dulu……ntar dulu…...ntar dulu…. Seribu macam alasan keluar dari alat komunikasi kamu ketika ada yang ngajak kamu untuk mengkaji dan mendalami ilmu-ilmu Islam.

Ketika mendengar kata ngaji seolah-olah dalam otakmu terdapat program antivirus yang super canggih, segala sesuatu yang berkaitan dengan masjid, pengajian, ustadz, jilbab, janggut de..el..el, langsung terdeteksi oleh program antivirusmu ini, kemudian kamu delete dari otakmu atau kamu karantina dulu, setelah dipilih-pilih tapi akhirnya masuk recycle bin juga.

Yup inilah fenomena yang terjadi di kalangan kaula muda sekarang saat ini. Ironis memang tapi inilah fakta yang terjadi pada umumnya dan wajar kalau melihat kondisi umat Islam saat ini. Entah apa yang terjadi dengan remaja muslim saat ini, penulis juga bingung mikirinnya sampai-sampai baju-baju kotor dah menggunung belum dicuci karena sibuk mikir, maklum masih single fighter (eh kok jadi curhat nih). Ok, dari hasil pengamatan, penelitian dan analisa yang begitu mendalam selama berhari-hari akhirnya dapat ditarik benang merahnya bahwa akar permasalahan yang menyebabkan kondisi ini terjadi bisa dijelaskan sebagai berikut, simak ya!

Setiap orang tentu punya orientasi masing-masing dalam menjalani hidupnya, dan pernah gak kamu berfikir apa yang terpenting dalam hidupmu? Salah seorang temanmu mungkin menganggap bahwa yang terpenting dalam hidupnya adalah ketika di sekolah mendapat nilai yang bagus, juara satu dikelas, lulus ujian akhir nasional dengan nilai yang tingi sehingga bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang pavorit (gak pake f maklum orang sunda).

Atau temenmu yang lain yang punya tampang agak kerenan dikit, kalau diliat dari belakang kayak Dao Ming Se (F4), tapi diliat dari depan kayak Aming Se (extravaganza) he..he..he.. Dia menganggap bahwa yang terpenting dalam hidupnya adalah punya gebetan cakep, terkenal di sekolah, gonta-ganti pacar, atau jadi playboy cap tiga duren (korek api kali).

Beda lagi sama temenmu yang matre dan borjuis, yang terpenting dalam hidupnya adalah kerja dengan gaji gede, banyak duit, tajir, harta melimpah, punya mobil dan rumah mewah. U ARE U kamu adalah kamu, tapi seperti apakah kamu itu? apakah harta, tahta, atau wanita yang penting buat hidup kamu? Jawabannya tanyakan pada rumput2 yang bergoyang (itu kalau kata kang Ebiet). Kalau kata ustadz semuanya berpangkal pada apa yang ada dalam isi batok kepala seseorang atau pemahaman dia dalam memandang kehidupan di dunia ini.

Pren, pernahkah kamu bertanya pada diri sendiri tentang dari mana kamu berasal? maksudnya bukan asal kota kelahiran kamu tapi manusia dan kehidupan ini berasal dari mana? Truuz buat apa kamu hidup di dunia? Lalu setelah kamu mati akan kemana? Jawaban atas 3 pertanyaan ini dan keyakinan akan jawaban tsb adalah faktor penentu orientasi kamu dalam menjalani hidup.

Om Darwin bilang kita ini berasal dari kera hasil dari proses evolusi yang kalau dirunut dari awal disimpulkan bahwa makhluk hidup itu berasal dari materi, sehingga Karl Marx menyimpulkan tujuan hidup di dunia adalah buat cari materi dan setelah mati akan jadi materi, itu saja.

Sedangkan orang-orang sekuler bilang bahwa manusia dan alam semesta ini memang berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan, tapi ntar dulu kalo masalah urusan di dunia bukan urusannya Tuhan. Gak perlu pake aturan Tuhan di dunia ini tapi aturan manusia yang dipake. Nah kalau kata ustadz, qta, kehidupan dan alam semesta berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah, oleh karena itu ketika hidup di dunia manusia punya kewajiban untuk beribadah kepada Allah.

So jawaban dari 3 pertanyaan inilah yang akan menjadi landasan seseorang ketika menjalani hidupnya, apa yang menjadi orientasi dalam hidupnya tergantung dari jawaban atas 3 pertanyaan tersebut.

Orang yang atheis boro-boro mikirin urusan akhirat yang ada dalam batok kepalanya hanyalah materi jadi gak heran kalau hidupnya juga buat materi begitupula yang beraliran sekuler walaupun mengakui adanya Tuhan tapi orientasi hidupnya adalah untuk materi sehingga tolak ukur kebahagiannya adalah mendapatkan harta yang banyak, bergaya hidup jet set ala borjuis, dan hidup foya-foya atau hura-hura.

Berbeda halnya dengan seorang muslim yang faham akan kewajiban beribadah kepada Allah dalam hidupnya maka so pasti orientasi hidupnya akan dipenuhi dengan aktivitas yang bernilai ibadah di sisi Allah, gak pernah terbesit dalam pikirannya untuk ninggalin Shalat wajib dengan sengaja, senantiasa memperbanyak amalan sunnah, puasa sunnah, Sholat sunnah, menjaga pergaulannya antar lawan jenis, menjauhi hal-hal yang berbau maksiat, meninggalkan aktivitas yang sia-sia kayak nongkrong2 yang gak jelas, dugem, track-trackan pake motor dan banyak lagi.

Nah alangkah baiknya kalau kita senantiasa menambah ilmu dan pengetahuan qta dengan ilmu-ilmu dan pemahaman Islam disamping menuntut ilmu Islam itu adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim seperti yang disampaikan daam Hadits Riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi, dari Anas ra : “Menuntut ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslim:”
Nah para remaja muslim sudah saatnya sekarang ini kalian bilang “NGAJI…..GUE BANGET!!”

Aktivis, Engkau Dengan Segala Amanah dan Masalah

Merekalah, ujung tombak para pejuang panji risalah-Nya, mulai kini hingga nanti, akhir zaman. Sekilas tentang mereka. Amanah mereka banyak. Tak terhitung lagi jumlah kilo-an-nya jika amanah itu harus ditimbang. Kembali menuju risalah Islam, menjadi qudwah, memberikan ikhwah, menyebarkan hikmah, melaksanakan indahnya hidup sesuai tuntunan syar’I untuk kembali dan lagi disebarkan dan diserukan.

Mereka berbeda dengan yang lainnya. Disaat orang lain hanya sibuk memikirkan dirinya (bagaimana sekolahnya, bagaimana keluargannya dan bagaimana amanah-amanah duniawi lainnya), seorang aktivis dakwah justru harus memikirkan bagaimana keadaan lingkunagan masyarakatnya, dirinya sendiri, mad’u-mad’u / mutarabbi-mutarabbinya (binaan-binaan) dan lain sebagainya.

Mereka berbeda dengan yang lainnya –baca: remaja lainnya–. Dikala remaja saat ini terlarut dalam pergaulannya, seorang aktivis dakwah justru harus ‘melarutkan’ pergaulan itu sesuai tuntutan Allah.
Mereka berbeda dengan remaja lainnya. Mereka –harusnya– tidak terlalu banyak tertawa, bercanda dan mengumbar pesona. Mereka –harusnya– tidak banyak menghabiskan waktunya untuk hal tidak berguna, ‘hang-out’ –kecuali di masjid–, kumpul tiada guna, merokok juga mabuk-mabukan.


Mereka –harusnya– menjaga hijab, bukan mukhrim dilarang mendekat, apalagi masalah ngeceng ataupun pacaran... –harusnya– mereka sangat menjauh dari hal yang dilaknat oleh Allah itu. Tak penting kata orang dikata ‘ga gaul’ atau ‘aneh’ atau apapun cercaan serta makian lainnya.

Karena mereka berbeda. Mereka harus menjadi qudwah (teladan) bagi yang lainnya, memberikan semua yang terbaik bagi yang lainnya. Mereka berbeda, mereka spesial.

Yang terpenting adalah syariah Islam tegak berdiri ditempat yang sedang dipijak.

Mereka liqa / mentoring rutin. Dengan dipimpin seorang murabbi pantuan mereka tilawah Al-Qur’an, mendengarkan materi untuk kemudian disebarkan. Dan setelah selesai mereka berdo’a:

“Subhanaka allahuma wabihamdik(a), asyhaduala illa hailla ant(a), astagfiruka waatuuilaik(a).”

Do’a akhir majelis itu dilantunkan penuh hikmah pertanda mentoring t’lah berakhir. Dan malaikat berharap semoga mentoring kali ini –kemarin dan seterusnya– tidak membuang waktu mereka untuk hanya duduk termenung mendangarkan saja tanpa amalan indah dilakukan.
Sungguh indah hidup mereka selalu dido’akan para malaikat pencari majelis dzikir pun malaikat pencari orang-orang shalih –amiiin–.

Tapi... tak sedikit pula –bahkan banyak– dari mereka yang mengaku menyeru padahal hanya terperangkap dalam lingkaran setan yang menganggu.

Bagaimana tidak? Potensi mereka untuk menjadi riya’ sangatlah mungkin! Potensi mereka untuk menjadi sum’ah sangatlah besar! Mereka dapat menjadi kufur, fasik, bahkan munafik sewaktu-waktu dan hanya memampangakn dan menyembunyikan mukanya dibalik topeng dakwah.

“Liat anak-anak DKM! Mereka aja maksiatnya kuat! Mereka pacarannya rutin! Mojok tapi masi berjilbab, yang ‘ikhwan’ masih megang qur’an! Kalo mau lepas aja tu jilbab sama buang aja tuh qur’an ato engga sekalian aja keluar dari DKM dari pada malu-maluin! Ngomongin cinta-cintaan mulu! Ada yang cinlok cewe (akhwat) ama cowo (ikhwan) terus jadian! Katanya sih pacaran islami gitu –emang ada? –! Pegangan tangan udah biasa apalagi pojok-pojokan! Hijabnya mana?!”

“Liat FB! Wall, note, stat mereka udah jadi ladang maksiat! Haha, kirain anak DKM tu yang ga tau pacaran tapi statusnya ‘in relationship’. Kirain mau ‘meng-Islamisasi-kan’ FB, eh gataunya... Bedanya ama kita yang bukan seorang yang ‘ngaku’ aktivis apaan?! Mending ga jadi aktivis sekalian tapi kebaikatn tulus dari hati! Majang status anak ‘alim’ doang!”

–afwan, sebuah hujjah untuk introspeksi bukan untuk diprotesi–

Menangis mendengar kalimat hujjah yang terlempar itu... bertanya dimana generasi rabbani yang didambakan? Dimana mereka sang pejuang panji risalah? Dimana mereka sang pemikul amanah? Sang teladan dan qudwah? Sang penyebar ikhwah dan hikmah?

Kehilangan semua status kebaikan karena telah bobroknya sistem tarbiyah yang menjadi protektor. Telah hilang semuanya dikarenakan pola pikir azazil (al-iblis laknatullah) yang telah membungkus ruhiyah.
Menangis mendengar mengingat kembali...:

“Saat manusia memenuhi kebutuhannya sendiri, seorang mujahid berjuang memenuhi kebutuhan orang lain. Saat manusia beristirahat, seorang mujahid masih bekerja keras menyempurnakan amanah-amanahnya. Semoga Allah memberkahi, memuliakan dan menolong kalian para mujahid... yang senantiasa MENJAGA kehormatan setiap jengkal bumi kaum muslimin...” (Kata-kata murabbi –mentor– yang selalu terkenang saat Ar-Ribaath, Training for Mentor ROHANI-554, 24 Sya’ban - 24 Ramadhan 1430H)

Andai semua itu nyata. Tak hanya sebuah utopia maya. Bagaimana mungkin Islam tersebar ke seluruh hati umat manusia? Bagaimana mungkin Indonesia kan bangkit dengan Islam-nya? Bagaimana mungkin Palestina kan terbebas dari penjajahannya? Bagaimana mungkin genjatan senjata menjadi nyata keberadaannya? Bagaimana mungkin pasukan Al-Mahdi menang melawan pasukan Dajjal –lakatullah– yang memeranginya?

Jika aktivis sekarang sibuk dengan masalahnya... bukan amanahnya...

“ Hallo kawan...
Sahabat muslim tercinta...
Kita sambut kemenangn bahagia...
Mari kawan...
Ikutlah bersama kami...
Membela risalah Islam di dunia...

Remaja peduli...
Pintar dan mandiri...
Giat berprestasi...
Ku persambahkan untuk Illahi...
Bersatu, berjihad, dalam da’wah Islam,
Di atas panji Al-Qur’an dan As-Sunnah...

Mari kawan...
Ikutlah bersama kami...
Membela risalah Islam didunia, kita... ”


(Edcoustic – Remaja Peduli)

Berubahlah... karena engkau berbeda, karena engkau spesial.


Ditemani senandung dari Edcoustic, Fridaus, Shaff-Fix, Haris Isa, D’Cinnamons D’Masiv dan Depapepe
Bumi Allah, 28 Ramadhan 1430 H – 17 September 2009 M
Annas Ta'limuddin Maulana


 
Powered by Blogger